Kamis, 10 Juli 2014

Pantai Bangko Bangko


Surfing dan Mancing di Bangko Bangko

Pantai sengigi pantai Kuta dan pantai Selong Belanak tak dipungkiri indahnya, nah pantai Bangko Bangko tidak hanya indah, tapi menawarkan keasyikan surfing dan memancing. Tinggal pilih yang Anda suka. Komplit bukan?





Bangko Bangko adalah kawasan pantai di Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Bangko Bangko berhadapan langsung dengan pulau Nusa Penida yang terlihat samar di garis pantai. Baiklah mari kita bahas keunikan Bangko Bangko satu per satu.

Bagi para pecinta selancar, Bangko Bangko adalah surga. Ya, relief ombaknya panjang dan sambung menyambung, ideal dijadikan tempat surfing. Itu mengapa kendati tak terlalu terkenal di jajaran pantai-pantai di Lombok, Bangko Bangko selalu ramai oleh turis yang tidak hanya berjemur namun juga mencoba menaklukkan ganasnya ombak. Bagi para pemula maupun profesional, ombak ini sangat cocok untuk berolahraga air. Beberapa resort-resort di Lombok pun memanfaatkan paket surfing di Bangko Bangko untuk menarik wisatawan. Beberapa wisatawan lebih menyukai keindahan alam Bangko Bangko yang masih perawan ketimbang hiruk pikuk pantai yang lebih jauh terkenal. Tidak saja pemandangan bawah laut dan pasirnya yang masih bersih, namun sembari menikmati pantai Anda bisa memesan menu makanan sederhana dari restoran yang dimiliki warga sekitar.




Selain bagus untuk surfing, Bangko Bangko juga menyimpan spot-spot tertentu yang banyak dikunjungi pemancing-pemacing nusantara. Cobalah berlayar dan siapkan pancing Anda, jangan heran jika tuna berukuran super bisa Anda dapatkan dengan mudah. Bawalah teman-teman se-hobi Anda dan nikmatilah sport fishing yang menguras tenaga namun memuaskan. Strike berkali-kali karena kail Anda disambar mangsa bukanlah pemandangan yang aneh. Maka, bersiaplah untuk pesta ikan. Para pemancing biasanya menyewa kapal di Pantai Ampenan untuk mendapatkan ikan-ikan buruannya. Jangan kuatir bagi Anda yang tak suka berlama-lama memancing di tengah laut namun tetap ingin menyantap ikan. Pantai ini dekat dengan perkampungan nelayan yang menyediakan berbagai macam tangkapan segar mereka. Puaskan hasrat kuliner hasil laut disini. Menurut warga setempat, pasar ikan dadakan ini memang selalu ramai. Bahkan jika hasil tangkapan sedikit, ikan-ikan segar itu tak sampai masuk daratan karena sudah habis diborong saat masih dilaut. Jika musim ikan tongkol yang bisanya terjadi pada bulan Juli hingga Agustus, nelayan Bangko Bangko bisa menangkap ikan tongkol hingga seribu ekor per hari. Tongkol-tongkol itu dijual dengan kisaran harga dari Rp. 20 ribu hingga Rp. 25 ribu per lima ekor tongkol.

Bagi yang suka trekking, hutan bertipe Magrove seluas 2.169 hektare yang ada di sekitar Bangko Bangko siap dijelajahi. Di tepi tebing hutan ini, Anda akan menjumpai sisa reruntuhan benteng penjajahan Jepang beserta meriamnya. Selain menjumpai peninggalan perang, hutan ini juga menyimpan vegetasi Bangko Bangko seperti Biduri (Calonthlropus Gigantea) dan Pandan Laut (Pandanus Sp). Selain itu, berbagai jenis tumbuhan juga bisa dijumpai seperti Bajur, Kesambi, dan Waru. Masuk ke dalam hutan, kini kita akan disuguhi satwa Bangko Bangko seperti ayam hutan, elang bendol, koakiau, raja udang, dan elang laut. Jika beruntung, Anda akan menjumpai kupu-kupu langka yang dilindungi yakni Trocles Helena. Sementara itu, karakter masyarakat Bangko Bangko yang terbuka dan dan ramah membuat banyak nelayan dari luar daerah itu yang singgah jika kapal atau jalanya rusak. Oleh karenanya, di perkampungan nelayan Bangko Bangko berjajaran kapal-kapal pendatang dengan rapinya. Bangko Bangko bisa ditempuh dari Mataram melewati Sekotong dengan jarak tempuh 70 kilometer dengan waktu hampir 2 jam. Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi, angkutan umum maupun mobil sewaan. Jika menggunakan angkutan umum, Anda bisa naik bus dari Terminal Mandalika Bertais tujuan Lembar, kemudian sampai di Terminal Lembar naik angkutan umum menuju Labuhan Poh. Karena jarak antara Mataram dan Bangko Bangko yang relatif dekat, sebaiknya Anda menginap di Mataram agar mudah mengunjungi objek wisata lainnya

Climbing/ Panjat Tebing





Panjat Tebing atau istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing merupakan salah satu dari sekian banyak olah raga alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari mendaki gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan harus menggunakan peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya. Pada umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45° dan mempunyai tingkat kesulitan tertentu.Pada perkembangannya kegiatan panjat tebing berevolusi menjadi berbagai dimensi kegiatan: olahraga yang mengejar prestasi, petualangan yang mengejar kepuasan pribadi, dan sebagai kegiatan profesi untuk mencari nafkah yaitu Kerja pada Ketinggian.

Snorkling




Snorkeling (selam permukaan) atau selam dangkal (skin diving) adalah kegiatan berenang atau menyelam dengan mengenakan peralatan berupa masker selam dan snorkel. Selain itu, penyelam sering mengenakan alat bantu gerak berupa kaki katak (sirip selam) untuk menambah daya dorong pada kaki.Snorkel adalah peralatan selam berupa selang berbentuk huruf J dengan pelindung mulut di bagian ujung sebelah bawah. Alat ini berfungsi sebagai jalan masuk udara ketika bernapas dengan mulut tanpa harus mengangkat muka dari permukaan air. Pemandangan bawah air bisa dilihat sambil berenang dengan wajah menghadap ke permukaan air dan bernapas melalui snorkel. Penyelam bisa mengambil napas dalam-dalam sebelum menyelam ke bawah air. Penyelam scuba menggunakan snorkel untuk menghemat udara di dalam tabung sewaktu berenang di permukaan air.





Kegiatan snorkeling bisa dilakukan semua orang. Penyelam yang tidak bisa berenang atau tidak bisa mengapung bisa mengenakan baju pelampung. Ketika menyelam di air bersuhu rendah, penyelam memakai baju selam untuk menjaga tubuh dari kedinginan. Selain itu, baju selam merupakan pelindung tubuh dari luka tergores terumbu karang atau sengatan ubur-ubur. Selain menguasai cara bernapas dengan mulut melalui snorkel, kegiatan snorkeling tidak memerlukan pendidikan khusus. Pemula yang belum pernah melakukan snorkeling bisa mempelajarinya dalam waktu singkat dari pemandu selam. Cara mengenakan masker, snorkel, dan kaki katak bisa dipelajari dari pemandu selam, toko selam, atau tempat penyewaan alat selam di pinggir pantai. Walaupun demikian, seperti halnya selam scuba, kegiatan snorkeling tidak untuk dilakukan seorang diri, melainkan bersama teman atau secara berkelompok.Snorkeling adalah kegiatan rekreasi air yang populer, terutama di resor pantai tropis dan lokasi selam scuba yang dangkal. Penyelam bisa mengamati beraneka ragam flora dan fauna bawah laut, seperti: terumbu karang, ikan, kerang, bintang laut, rumput laut, ubur-ubur, udang, dan penyu. Selain itu, snorkeling juga dilakukan orang di danau air tawar atau sungai.

Perang Topat simbol kebersamaan Umat Islam dan Hindu Di Lombok



PERANG  biasanya identik dengan kebencian, darah, dan kematian. Tapi “Perang Topat” di Lombok, Nusa Tenggara Barat, justru menjadi simbol persaudaran dan kebersamaan  antar umat Islam dan Hindu di sana. Suara teriakan, sorak-sorai, memenuhi pelataran depan di Kompleks Pura Lingsar, Lombok Barat, Sabtu sore (10/12). Ratusan orang tua-muda,  pria-wanita, dan bahkan anak-anak terbagi menjadi dua posisi. Sebagian di halaman Pura Gaduh, tempat persembahyangan umat Hindu, dan sebagian  lagi di halaman depan bangunan Kemaliq, yang disakralkan sebagian masyarakat muslim Sasak.

Setelah aba-aba perang dimulai, dua kelompok itu pun mulai saling lempar. Suasana makin hiruk-pikuk, mereka berlarian menghindari lemparan lawan,  lalu megambil posisi untuk kembali melempar lawan.Perang biasanya identik dengan kemarahan dan kekerasan berupa bentrok fisik antara dua pihak yang bersengketa. Tapi perang topat di Lombok yang  melibatkan ratusan masyarakat berbeda agama ini, justru jauh dari kesan seram dan penuh kebencian.
Sebaliknya, tradisi yang dilaksanakan turun temurun selama ratusan tahun di Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, itu justru memperkokoh  kerukunan antara umat Muslim dan umat Hindu di sana .





Perang dimulai sejak pukul 17.00 Wita, atau disebut rarak kembang waru (Waktunya gugur daun pohon waru di sore hari). Masyarakat percaya  ketupat yang digunakan untuk saling lempar bisa membawa berkah.
Usai perang, mereka akan berebutan membawa pulang ketupat sisa perang, untuk ditaburkan di sawah bagi para petani agar subur, bisa juga ditaruh  di tempat dagangan bagi para pedagang agar laris.“Sejak leluhur, turun temurun selalu melaksanakan tradisi ini. Biasanya habis panen raya, sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan dan juga berharap  agar musim tanam ini mendapat kesuburan. Ini juga mempererat hubungan sosial dengan teman Hindu,” kata Sahyan (36), warga Desa Lingsar yang  juga sebagai pengurus di bangunan Kemaliq.
Setiap tahun masyarakat Desa Lingsar melaksanakan perang topat di kompleks Pura Lingsar, sebuah Pura yang dibangun pada tahun 1759 pada  zaman Raja Anak Agung Gede Ngurah, keturunan Raja Karangasem Bali yang sempat berkuasa di sebagian pulau Lombok pada abad ke 17 silam. Pura Lingsar terletak sekitar 9 Km arah Timur dari Kota Mataram, dan bisa dibilang bangunan Pura paling unik se-nusantara. Sebab, di dalam kompleks  Pura Lingsar terdapat dua bangunan besar yakni Pura Gaduh sebagai tempat persembahyangan umat Hindu, dan bangunan Kemaliq yang disakralkan  sebagian umat muslim Sasak dan masih digunakan untuk upacara-upacara ritual adat hingga kini.

Dua bangunan itu dibangun dengan arsitektur Bali , berdiri berdampingan tanpa jarak. Di depannya ada dua jabe atau pelataran halaman. Karena  keunikannya sejak 1990-an komplek Pura Lingsar ditetapkan sebagai benda cagar budaya.
Masyarakat Desa Lingsar selalu menggelar ritual perang topat pada hari ke 15 bulan ke tujuh pada penanggalan Sasak Lombok, yang disebut purnama  sasih kepitu (Purnama bulan ketujuh), atau hari ke 15 bulan ke enam pada penanggalan Hindu Bali, yang disebut purnama sasi kenem (Purnama bulan  keenam). Itu tepat pada malam bulan Purnama, yang tahun ini jatuh pada hari Sabtu, 10 Desember 2011. Pada malam Purnama itu, umat Hindu merayakan odalan atau ulang tahun Pura Lingsar, dengan melaksanakan upacara Pujawali. Sedangkan umat  muslim melaksanakan napak tilas memperingati jasa Raden Mas Sumilir, seorang penyiar agama Islam dari Demak, Jawa Tengah, yang menyiarkan  Islam di Lombok pada abad 15.
Sejak siang masyarakat mulai berdatangan ke kompleks Pura Lingsar. Di Pura Gaduh, umat Hindu dipimpin pemangku Pura menyiapkan banten atau  sesaji untuk persembahyangan Pujawali, sedangkan di Kemaliq umat Muslim Sasak dipimpin pengelola Kemaliq menyiapkan Kebon Odek (Bumi Kecil)  yang juga sesaji berupa buah-buahan dan hasil bumi.
Persiapan yang tak mungkin tertinggal, tentu saja topat atau ketupat, nasi yang ditanak dengan bungkus anyaman janur kelapa sebesar tinju orang  dewasa. Topat-topat itu disiapkan warga dari masing-masing dusun di Desa Lingsar, baik dusun yang berpenghuni umat Hindu maupun dusun yang  dihuni umat Muslim. Sesaji yang sudah siap kemudian diarak mengelilingi bangunan Kemaliq dengan iring-iringan alat musik tradisional. Sementara proses iring-iringan berjalan, ribuan masyarakat setempat dan pengunjung yang datang menunggu di halaman Kemaliq, menunggu topat  dibagikan dan siap saling lempar. Topat yang sudah melewati prosesi kemudian dibagikan kepada masyarakat, sekejab perang pun dimulai, penuh kegembiraan. Tahun ini, selain pengujung lokal, banyak juga wisatawan domestik dan mancanegara yang nampak datang ingin  menyaksikan langsung perang topat itu. “Mungkin hanya di Lingsar ini bisa ditemukan pelaksanaan acara besar umat Hindu dan umat Muslim, yang dilakukan pada waktu dan tempat  bersamaan. 





Umat Hindu melakukan upacara Pujawali di Pura Gaduh untuk menghormati Batara Gunung Rinjani, Batara Gunung Agung, dan Batara Lingsar, yang  merupakan manifestasi Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan umat muslim melakukan napak tilas mengenang jasa penyiar Islam, Raden Sumilir yang  dipercaya merupakan penyiar Islam dari Demak, pulau Jawa.
Tradisi perang topat yang sudah lima belas tahun terakhir menjadi event pariwisata NTB, tahun ini dibuka secara seremonial oleh Bupati Lombok  Barat, Zaini Arony, dan Wakil Bupati H Mahrip, dengan melemparkan topat pertama ke arah kerumunan masyarakat di halaman Kemaliq.
“Ini satu-satunya perang di dunia yang dilakukan tanpa kebencian, perang tanpa korban jiwa, dan perang sebagai simbol persaudaraan dan toleransi,”  kata Bupati Zaini dalam sambutannya. Ia mengatakan, Lombok Barat yang berpenghuni multietnis menjadi salah satu destinasi yang nyaman dan  penuh daya tarik bagi wisatawan.
“Seperti juga di India yang mayoritas Hindu ada Tajmahal peninggalan Muslim, begitu juga di Indonesia yang mayoritas muslim ada Borobudur dan  candi-candi, tidak ada alasan tidak harmonis. Inilah kekayaan budaya, the colours of culture,” katanya.
Usai perang topat, umat Hindu melaksanakan upacara Pujawali di Pura Gaduh, biasanya disertai makemit atau menjalani perenungan dengan menginap  di Pura selama tiga malam. Hal yang sama dilakukan umat Muslim Sasak di Kemaliq.
Selama tiga hari itu pula, di sekitar kompleks Pura Lingsar ramai pedagang kaki lima , mulai menjakakan makanan hingga mainan anak-anak.  Pengunjungnya pun bukan hanya masyarakat yang melaksanakan ritual, tetapi juga masyarakat umum dari Lombok Barat dan Kota Mataram yang  berekreasi bersama keluarganya ke sana .




Inti perang topat memang hanya berlangsung kurang dari satu jam. Namun seluruh rangkaian prosesi ritualnya sudah berlangsung dua hari sebelum  perang topat, dan benar-benar menggambarkan toleransi beragama antara umat Hindu dan Muslim di sana .
Sehari sebelum puncak perang topat, masyarakat Lingsar melaksanakan prosesi Ngeliningan Kaok atau mengarak dua ekor Kerbau mengelilingi  kompleks Pura Lingsar. Kerbau itu masing-masing disediakan oleh masyarakat umat Hindu dan umat Muslim, kemudian disembelih untuk persembahan  dan dagingnya diolah dan dimakan bersama-sama.“Ini simbol toleransi. Bagi umat Hindu ternak Sapi itu suci, sedangkan bagi umat Muslim haram memakan Babi, sehingga jalan tengahnya kita gunakan  Kerbau. Makanya di Pura Lingsar ini tidak boleh membawa persembahan dari daging Sapi atau Babi.. hanya boleh unggas

Secara turun-temurun, masyarakat Lingsar percaya mata air itu berasal dari bekas tancapan tongkat Raden Mas Sumilir, penyiar Islam di Lombok  abad ke 15. Hingga kini mata air Langser (Langser merupakan asal nama Lingsar), mampu mengairi pertanian bukan hanya di Lingsar saja tetapi juga  hingga ke sebagian wilayah Lombok Tengah. Petani di Lingsar bahkan bisa menanam dan menanen padi hingga tiga musim dalam setahun.Tradisi Perang Topat yang menjadi event pariwisata daerah selalu menjadi perhatian wisatawan domestik dan mancanegara dari tahun ke tahun. 

Rabu, 09 Juli 2014

Rumah Adat Sasak Asli Lombok


Berlibur ke Pulau Lombok, tidak selalu bercerita tentang keindahan pantai dan pemandangan bawah lautnya yang memanjakan mata. Para pelancong juga bisa menyaksikan secara langsung bagaimana kehidupan sebenarnya suku Sasak yang berada di Desa Rambitan, Sade ini. Pelancong bisa menempuh jarak sekitar 25 menit dari Bandara untuk sampai ke Lokasi ini. Disana, pra pengunjung akan disuguhi dengan keunikan rumah adat sasak yang sangat unik. Rumah tersebut terbuat dari bahan utama bambu yang mereka ambil dari hutan atau kebun sekitar mereka.






Untuk dindingnya, warga setempat membuat anyaman agar bisa digunakan sebagai pembatas setiap ruangan atau dinding. Sedangkan bambu yang masih berbentuk batangan, digunakan untuk tiang penyangga rumah. Uniknya, rumah adat sasak ini memiliki atap dengan bentuk layaknya gunungan yang menukik ke bawah jika dilihat dari kejauhan. Atap rumah tradisional suku sasak ini terbuat dari jerami atau akar alang-alang. Sedangkan untuk bagian lantainya, rumah adat sasak Sade ini menggunakan tanah dengan campuran batu bata, abu jerami dan juga getah pohon.

Ada satu kebiasaan suku sasak yang mungkin terdengar di luar nalar, yakni melumuri lantai rumah dengan kotoran. Biasanya kotoran yang digunakan berasal dari ternak mereka, baik kerbau maupun sapi yang sudah dibakar dan dihaluskan. Mereka melakukan kebiasaan ini karena ingin menjaga permukaan lantai supaya tidak mudah retak dan lembab. Bahkan dipercaya, melumuri lantai dengan kotoran dapat menjadi pengusir nyamuk paling alami.






Dalam adat masyarakat lombok, rumah adat sasak ini memiliki posisi cukup penting untuk kehidupan manusia, yakni sebagai tempat privasi keluarga untuk berlindung. Bahkan bukan hanya berlindung secara jasmani, namun juga untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya. Maka dari itu, bila kita memperhatikan arsitektur rumah adat suku sasak dengan cermat, kita dapat menemukan bahwa rumah tersebut memiliki estetika, lokal masyarakatnya. Setiap ruangan dalam rumah, dibagi berdasarkan kegunaan masing-masing, seperti untuk tempat tidur, ruang melahirkan para ibu, tempat menyimpan harta dan penyimpanan jenazah sebelum dikebumikan.

Pesona Gunung Rinjani


Gunung Rinjani terletak di sebelah utara lombok merupakan puncak tertinggi di nusa tenggara barat dan tertinggi  kedua di indonesia dengan ketinggian sekitar 3726 m dari permukaan laut gunung ini di yakini sebagian masyarakat lombok sebagai tempat bersemayam ratu jin bernama Dewi Anjani, putri Raja Datu Tuan dari permaisurinya Dewi  mas  yang memerintah kerajaan kecil lombok.




Terlepas dari legenda itu, Gunung Rinjani merupakan salah satu destinasi andalan di Pulau Lombok. Gunung ini menyimpan sejuta pesona dan memiliki potensi geowisata yang menarik dan nyaris sempurna, istana yang layak untuk sang Dewi Anjani. Diantara daya tarik Gunung Rinjani adalah panorama kaldera, danau, puncak, kawah, air terjun, mata air panas, goa, lubang letusan dan aliran lava baru.

Tempat wisata Lombok yang Eksotis

Hal yang paling eksotis yang dapat dijumpai di Gunung Rinjani adalah Segare Anak (Segare artinya laut dan Anak artinya anak) yang terbentuk secara alami akibat letusan Gunung Rinjani. Masyarakat setempat menyebutnya Segara Laut karena warna air di danau ini berwarna biru seperti laut. Danau ini terletak di ketinggian 2.800 m, dan terdapat berbagai jenis ikan disini seperti ikan mas, mujair dan harper.Danau Segare Anak oleh masyarakat sekitar juga dipercaya mempunyai keajaiban yang dapat menyembuhkan penyakit. Danau ini dulunya juga sering digunakan sebagai tempat pemujaan untuk mendapatkan benda-benda sakti.

Di dekat danau Segare Anak juga terdapat gunung kecil yang disebut Gunung Baru Jari (New Mountain). Jarang ada orang yang bisa ke puncak Gunung Baru, mungkin hal ini dikarenakan Gunung Baru masih aktif dan mengeluarkan gas.


Pesona Flora dan Fauna Gunung Rinjani

Selain memiliki pemandangan yang eksotis, Gunung Rinjani juga kaya dengan berbagai jenis flora dan fauna. Di sebelah selatan dan barat pada ketinggian 1.000 - 2.000 meter banyak ditumbuhi Dysoxylum sp, pterospermum, dan Ficus superba. Pada ketinggian 2.000-3.000 meter banyak tumbuh cemara gunung (Casuarina junghuhniana). Namun pada ketinggian diatas 3.000 meter miskin akan tumbuhan, hanya ditumbuhi rumput dan bunga edelweiss (Anaphalis javanica) dan di sebelah timur gunung banyak ditumbuhi pohon akasia.Selain itu tercatat 109 jenis burung hidup di Gunung Rinjani. Beberapa diantaranya adalah jenis burung yang ada di Australia, monyet perak yang berasal dari Bali, rusa dan landak. Sementara di Pelawangan Sembalun, Lombok Timur terdapat monyet ekor panjang yang suka mengganggu kemah para pendaki. Mereka sangat pandai membuka tenda untuk mengambil makanan dan dikenal sangat garang dan berani.




Berbagai pesona itulah menjadi magnet yang mampu menarik minat wisatawan mancanegara maupun nusantara untuk mendaki dan menaklukkan gunung yang memiliki ketinggian hampir empat kilometer itu. Para wisatawan yang mendaki gunung itu adalah wisatawan minat khusus yang menyukai tantangan.

Pesona Gili Nanggu







Setiap orang yang mengunjungi Pulau Lombok di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pasti akan ke pulau atau gili, di mana dua gili yang terkenal adalah Gili Trawangan dan Gili Meno.Bagi yang sudah bosan dengan kedua gili tersebut ternyata ada gili lain yang masih sangat sepi dan termasuk privat. Tidak banyak aktivitas kecuali para wisatawan yang bermain di pantai. Ya gili ini adalah Gili Nanggu, sebuah pulau kecil yang memberikan keindahan pantai dan sekitarnya yang tidak kalah indahnya dibandingkan gili-gili yang lain.Pulau Lombok juga memiliki kemegahan alam bahari yang memesona. Pantai Senggigi serta pulau-pulau mungil atau gili yang tersebar di sekitar pulau ini menyimpan pesona yang menakjubkan. Selain di kawasan Gili Trawangan, Gili Meno, Gili Air yang reputasinya telah mendunia, di kawasan Lombok Barat juga terdapat gili lain yang bisa disinggahi, yaitu Gili Nanggu. Gili Nanggu berada di Selat Lombok atau di pesisir barat Pulau Lombok. Secara administratif, pulau ini berada di wilayah Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Untuk mencapai Gili Nanggu cukup mudah. Dari Mataram, wisatawan bisa menuju Pelabuhan Lembar yang berjarak sekitar 27 km, dengan kendaraan, dan selanjutnya menggunakan perahu atau speedboat selama 35 hingga 45 menit.







Atau, bisa juga melalui rute lain, yaitu lewat Tawun, di Sekotong, yang berjarak 47 km, dengan kendaraan dan kemudian  menggunakan speedboat selama 15 menit. Sekotong juga dapat diakses langsung dari Bandara Internasional Lombok (BIL) dengan waktu tempuh antara 45 menit sampai satu jam saja.Layaknya Gili Trawangan, di Gili Nanggu terdapat pantai cantik dengan hamparan pasirnya yang putih serta lautnya yang biru. Suasana alamnya yang hening, membuat pulau ini menjadi pilihan yang tepat bagi para pasangan yang ingin berbulan madu. Matahari tenggelam merupakan momen yang paling indah di pulau seluas sekitar 8 hektar ini. Bagi mereka yang ingin berlama-lama ataupun ingin menyepi di Gili Nanggu tak perlu merasa khawatir. Sebab, di pulau ini telah tersedia fasilitas akomodasi modern. Selain memiliki pilihan akomodasi yang beragam, resor ini turut dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung, mulai dari wahana watersports, jogging trek, perlengkapan diving atau snorkeling yang bisa digunakan oleh segenap wisatawan.